Sunday, November 7, 2010

Kenangan di negeri Singa

Beberapa tahun silam aku pernah tinggal cukup lama di negeri seberang, Singapura. Aku mencintai negeri itu karena bersih, tertib dan nyaman.
Aku tinggal di hotel berbulan-bulan di Havelock Road. Sebelumnya aku juga tinggal di sebuah hotel di Stevens road dekat Schott. Pokoknya pindah dari satu hotel ke hotel yang lain, tapi yang terlama adalah Havelock Road.
Singapura negeri yang amat indah menurutku, dibanding negeri kita sendiri (terpaksa harus jujur).
Orangnya juga baik-baik dan suka menolong, mungkin suasana dan kemudahan-kemudahan yang ada di sana membuat orang-orangnya berhati lapang.
Walaupun negaranya kecil mungil tapi sangat berkualitas. Semua sudut negeri itu bebas dari kekumuhan apalagi sampah. Kapan ya negara kita bisa sebagus itu?

Kembali ke pokok permasalahan. Yaitu makanan.
Di Singapura makanan, menurutku, tetep aja, tidak seenak makanan Indonesia (katrok ya). Tapi itu kenyataannya. Selama berbulan-bulan aku tinggal di sana, rasanya semua makanan yang aku coba salah bumbu.
Pernah pada suatu ketika aku dan seorang teman pergi berjalan-jalan siang-siang di daerah little India, karena sudah capek berputar-putar dan berpanas-panas kami jadi kelaperan dan pengen makan. Bertemulah kami dengan rumah makan yang bertuliskan besar-besar "Rendang Sampi" waahh...girang banget rasanya. Langsung saja kami duduk dan memesan dua porsi nasi rendang. Tak lama nasi rendangpun datang dengan penampilan sangat mempesona dengan potongan daging jumbo dan bumbu rendang yang medhok. But, setelah kami cicipi, kami berdua langsung liat-liatan dan hilang selera. Sumpah, rasanya aneh dan India banget......
Akhirnya setelah makan beberapa suap kamipun berlalu dengan muka masem.....

Macam-macam makanan di Singapura yang bisa kita beli di Mall, di Hawker Centre atau di kantin kantor. Jenis-jenis makanan di sana seperti Char Kwetiau, Rojak, Mie Siam, Claypot rice, Bak Kut Teh dan seabrek makanan lainnya.
Kami biasa makan pagi di hotel, makanan yang biasa kami pesan seperti nasi goreng, bihun goreng, danish pastry kadang susu dan buah saja. Untuk menu sarapan di hotel yang dianter ke kamar pada waktu itu seharga 16 Sin dollar, sedangkan untuk sarapan yang kami pesan di kantin kantor seharga maksimum 1 Sin dollar. Bayangkan bedanya. Sementara untuk rasa aku lebih memilih kantin kantor. Bahkan untuk sepiring bihun goreng hanya dihargai 50 cent....ck ck ck.
Yang paling berkesan dari semua makanan yang aku coba, adalah Mie Siam khususnya bikinan mamak yang ada di kantin kantorku. Ada bermacam menu di kantin tersebut yang dipisahkan menjadi 3 macam makanan, Melayu atau muslim, China dan Western.
Buatku tak ada pilihan lain selain masakan Melayu, karena kedua makan lainnya tidak dijamin halal. Pernah pada suatu kali aku mencoba menyeberang ke stall makanan Western karena tergiur dengan steak ayam yang besarnya separo ayam besar. Oleh si mamak penjaga stall Melayu aku dipanggil dan dinasehati bahwa makanan tersebut tidak untuk kita.
Sedangkan stall muslim biasanya menghidangkan Nasi Briyani, Nasi Lemak, Mie Siam, Kari ayam, Gulai ikan pari, Bihun goreng. Gulai parinya aku tidak suka, rasa daun kesum yang ada di gulai tersebut sangat tajam dan mengganggu. Daun kesum adalah semacam daun salam yang berbentuk runcing panjang, mungkin di sini disebutnya daun temurui atau salam koja, kalau tidak salah.
Favoritku adalah Mie Siam. Mie Siam adalah bihun goreng yang dikecapin dan dicampur taoge kemudian disiram dengan kuah kental yang rasanya asam-asam pedas kemudian dihidangkan dengan telor rebus dan ditaburi potongan daun kucai. Garnishnya adalah irisan cabe hijau besar, rajangan bawang bombay dan satu butir limau kesturi atau lemon cui. Sedap sekali...

Orang Singapura makan dalam porsi besar. Ukuran mangkok dan piring mereka besar-besar walaupun para wanitanya sangat langsing-langsing.
Untuk 4 Sin dollar, kita bisa mendapatkan satu piring oval besar nasi padang dengan lauk utama dua macam, daging dan telor, atau sepotong ayam besar dengan daging dilengkapi dengan beberapa tumisan sayur dan kuah rendang atau gulai di Mall seperti di Tiong Bahru atau di Schott. Tapi tentu saja soal rasa jauh kalau kita bandingkan dengan warung padang di negara kita.
Sedangkan untuk mendapatkan chinese food yang halal kita selalu pergi ke Far East Plaza. Di sana aku sering memesan Tom Yang Goong yang segar dengan kuahnya yang berwarna merah menyala. Di restoran itu selalu penuh pengunjung, kadang kita harus mengantri apalagi di bulan puasa. Minuman favorite di restoran itu bernama Bandung. Berupa es sirup rose yang ditambahi susu putih. Aku sendiri kurang mengerti kenapa minuman itu disebut Bandung oleh orang Singapura. Mungkin si pembawa ide atau resepnya adalah orang Bandung....maybe..


Yang paling menarik di Singapura adalah, di sana hawker centre sudah buka pada pagi buta untuk menyiapkan sarapan bagi para pekerja yang mau berangkat ke kantor. Hawker Centre adalah tempat bermacam warung makanan yang biasanya ada di bawah apartemen. Tidak seperti di sini orang tidak sempat sarapan karena harus pagi-pagi pergi kerja.

Tapi walau bagaimanapun, bagiku makanan Indonesia tetap menjadi primadona sampai kapanpun. Sayangnya makanan kita yang begitu enaknya kurang terkenal di luar sana. Mungkin ini tugas kita untuk lebih aktif mempromosikannya. Salah satunya dengan membuat blog tentang makanan Indonesia. Hidup makanan Indonesia!

No comments:

Post a Comment