Tuesday, November 30, 2010

Wisata Pasar : Pasar Sekayu Sumsel

Sekitar 3 minggu yang lalu aku dan mbak Ida seorang teman pergi ke sebuah kota kecil yang letaknya 3 jam perjalanan dari kota Palembang.
Kita pergi ke sana dalam rangka pekerjaan. Sambil menyelam minum air, kami mengunjungi pasar tradisional di sana. Berharap menemukan sesuatu yang lain dan unik di kota itu tentu saja yang berhubungan dengan makanan dan bahan masakan.
Sekayu adalah kota kecil yang sepi. Penduduknya tidak banyak. Kendaraan umum pun tidak tersedia. Kami jalan kaki dari hotel ke pasar yang untungnya tidak begitu jauh. Kotanya walaupun kecil namun relative bersih dibanding tempat-tempat yang kami lalui sepanjang perjalanan.
Sekayu dilewati oleh sungai Musi yang lebar dan tentu saja kaya akan biota sungai sebagai sumber makanan yang bergizi.
Di sela kesibukan kami yang padat, minggu pagi itu kami berniat menggeledah isi pasar Sekayu.
Berikut laporannya :

Pasar Sekayu tidak begitu besar. Pasar itu menjual bermacam-macam dagangan selain sayuran dan aneka bahan pangan. Tampak luar tidak ada kelihatan pasar basahnya, sehingga kami berputar jauh ke belakang untuk menemukan pasar basahnya.
Seperti pasar-pasar lain di Indonesia, ada kios ikan, kios sayur, kios makanan kering dan lain-lain.
Tempat pertama yang kami sambangi adalah los ikan. Di los ini dijual beberapa ikan asap dari ikan saluang dan ikan gabus, juga ikan kering tawar tipis-tipis. Harga ikan ini menurutku mahal. Satu ons ikan saluang kering asap seharga Rp. 20.000,-. Padahal di pasar di dekat rumahku di bekasi, ikan asap lele dari medan hanya dihargai Rp. 20.000,- per 1/4 kg.
Di sini juga dijual ikan gabus hidup yang ukurannya besar-besar seukuran lengan anak abg. Konon ikan ini diambil dari sungai Musi yang hanya beberapa ratus meter jaraknya.
Yang paling menyenangkan adalah mereka menjual pasta ikan gabus dan pasta ikan saluang siap pakai untuk empek-empek. Tapi harganya memang tidak semurah harga di pasar di jakarta. Per kilonya hampir Rp.80.000,- ...wow.


Sayur-sayuran yang ada di samping kios ikan ini sangat segar dan menggoda. Daun singkongnya lain dengan daun singkong yang biasa aku lihat. Bentuknya panjang-panjang kecil runcing, tidak lebar-lebar. Aku juga menemukan seorang nenek yang menjual pokok bunga teratai yang tidak lazim dijual di pasar. Ketika aku tanya gunanya untuk apa, si nenek menjawabnya dalam bahasa Palembang yang terlalu cepat, aku tidak bisa menangkap kata-katanya. Yang aku tau, biji bunga teratai biasa digunakan dalam masakan cina, umumnya sop dan minuman hangat. Tapi apa mungkin orang Sekayu punya resep lain untuk bunga ini?



Kami juga menyambangi warung yang menjual berbagai kebutuhan makanan kering. Di situ kami menemukan gula aren yang disebut gula batok oleh si penjual. Rupanya ini gula yang digunakan sebagai bahan pembuat cuko empek-empek. Mbak Ida langsung memborong 2 kg.
Ada juga terasi setempat yang baunya enak banget, sangat berbau udang asli. Maklumlah daerah yang menghasilkan ikan yang berlimpah tentu saja semua yang berbau ikan dan udang pasti asli.

Kami juga melihat-lihat alat-alat masak setempat. Di situ kami menemukan alat untuk menggerus ikan untuk empek-empek. Berbahan kuningan yang berat dan tebal serta kokoh, benda itu ditawarkan Rp. 55.000,- sepadan dengan kualitas barangnya. Bentukya seperti saringan berlubang-lubang dibagian tengahnya. Sayang kami tidak mengambil gambarnya. Mbak Ida langsung jatuh cinta habis dengan alat ini.
Selain itu kami membeli wajan kecil dari stainless steel yang dipakai untuk membuat brengkes ikan atau pepes ikan patin dengan tempoyak. Wajan itu manis pula kalau disajikan di atas meja makan karena ukurannya cuma diameter 15 cm.

Aku juga bertemu dengan ibu-ibu yang menjual pasta tempoyak di sebuah kios kecil. Tempoyak tersebut ditempatkan di sebuah toples. Wanginya sangat tajam dan menggoda. Walaupun aku belum pernah memasak dengan tempoyak, aku membelinya sedikit untuk dibawa pulang nanti.



Tak lama setelah berputar-putar mencari kerupuk ikan, kami bertemu dengan orang kantor. Olehnya kami ditunjukkan kios di tengah-tengah pasar yang menjual aneka krupuk, tekwan kering dan makanan palembang seperti kue lapis , lempok durian dan bermacam-macam bumbu kering. Barang yang dijualnya bagus-bagus dan bersih. Aku membeli bumbu rendang kering dan bumbu sop kering yang harum banget. Di situ aku juga menemukan bulir-bulir Jawir yang katanya bisa dipakai untuk membuat bubur. Warna bulirnya kuning kecil-kecil sekilas seperti putik bunga.
Di kios itu kami memborong berbagai kerupuk, tekwan kering dan bumbu-bumbuan.

Setelah puas membedah pasar Sekayu, kami pun memutuskan kembali ke hotel untuk melanjutkan pekerjaan.
Pasar Sekayu hampir sama dengan pasar-pasar lain pada umumnya. Hanya ada beberapa bahan khas yang kami temui.

Aku akan terus berwisata pasar untuk menemukan hal-hal menarik di setiap kota.....

No comments:

Post a Comment