Sunday, November 13, 2011

Pembantu Baru

Setelah memesan selama 2 bulan akhirnya datang juga pesananku. Rasanya udah nggak sabar banget pengen nyobain kehebatan alat ini. Tadinya keseringan nonton iklannya di TV yang sungguh mengagumkan. Akhirnya aku tergoda dan nekad telpon untuk pesan.

Kalau liat iklannya di TV, rasanya pasti semua ibu-ibu pengen banget punya alat ini. Sebuah alat penghalus yang bentuknya nggak jauh beda ama bor listrik, sama sekali jauh dari bentuk alat masak.
Di TV diiklankan bahwa alat tersebut bakal menggantikan semua alat-alat penghalus seperti cobek, mixer, blender, food processor dan grinder.

Begitu barangnya sampai di rumah, aku girang banget. Pengen cepet-cepet nyobain buat masak. Ingin membuktikan iklannya di TV benar atau tidak. Selama ini aku sudah punya food processor yang lumayan oke. Menurut pengamatanku, jarang sekali ibu-ibu yang memiliki food processor di dapurnya pada umumnya adalah blender. Karena aku pecinta masak-memasak, aku nguber nyari food processor ini dengan alasan supaya mudah bikin mpek-mpek atau nugget atau adonan roti (dough). Tapi alat yang terbaru ini lebih praktis dan canggih dari food processor.

Keesokan harinya aku mencoba buat juice mangga. Aku kupas mangga dan daging buahnya aku masukkan ke dalam gelas minum, aku tambahkan gula pasir, es batu dan air putih kemudian aku masukkan ujung pisau alat baru ini ke dalam gelas dan aku nyalakan. Seeerrrrrr.....dalam hitungan detik juice mangga ini sudah sangat lembut dan siap untuk diminum dari gelasnya. Wow amazing!!! Pisaunya luar biasa tajam.


Kemudian aku mencoba menghaluskan bumbu opor seperti kunyit, bawang merah, kemiri, ketumbar butir, jintan, merica butir, jahe yang semuanya masih dalam keadaan utuh aku masukkan ke dalam gelas minum kemudian aku haluskan dengan alat ini. Nggak sampai satu menit, bumbu opor sudah sangat halus melebihi kalau kita gunakan blender atau food processor. Juga merica dan biji ketumbar dan jintannya ikut tergilas halus. Luarr biasa....
Alat ini bahkan bisa menghaluskan biji cabe saat kita giling cabe, tidak seperti blender atau food processor yang masih menyisakan biji cabe kala kita menggunakannya.
Aku juga mencoba membuat sambal goreng dengan alat ini, hanya dengan 5 kali tekanan, cabe dan semua bahannya sudah lembut seperti hasil ulekan cobek, kasar tapi merata.
Cara mencucinya juga sangat mudah dan praktis, hanya dengan mencelupkan di gelas yang berisi air dan nyalakan pisaunya. Di lap dan simpan kembali di tempatnya.

Setelah memiliki alat ini, food processor aku simpan di lemari, cobek tidak pernah dipakai lagi. Sungguh sangat bahagia dan bersyukur aku bisa memiliki alat ini. Bukan iklan lho, tapi karena aku benar-benar merasa terbantu dengan alat ini, aku ingin sharing dengan penghuni-penghuni dapur yang lain.

Memang benar sekali ya tehnologi membuat orang semakin ringan dan mudah dalam bekerja. Terimakasih untuk yang telah menemukan alat ini. Pasti pahalanya banyak sekali karena telah membantu ibu-ibu semakin rajin dalam mempersembahkan ide-ide masaknya untuk keluarga tercinta....


Thursday, October 20, 2011

Kung Fu Mie


Inilah mie yang kutunggu-tunggu pertemuanku dengannya. Setelah pertemuan yang pertama begitu berkesan, aku menantikan pertemuan dengannya lagi. Sayang tidak setiap saat aku bisa menemuinya karena tempatnya yang jauh dan macet serta jaranglah aku ada keperluan ke tempat ini kecuali ada undangan seminar seperti hari ini. Oleh karena itu aku sangat bahagia mendapat undangan seminar kali ini. Kapan lagi?

Namanya sangat pop, Kung Fu Mie. Kesannya seperti main-main, padahal mie nya tidak main-main. Tempatnya ada di food court lantai PB1 Mangga Dua Square. Tidak kusangga di kerumunan food court ada satu gerai mie yang mengusung menu szechuan. Terlalu mewah? Sepertinya terlalu serius malahan. Tidak umum rasanya menu-menu szechuan ini ada di food court, biasanya hanya ada di restoran.

Apa saja yang disajikan? Seperti menu szechuan pada umumnya, rasa pedas cabai kering begitu mendominasi masakan cina ini. Ada Mie Sapi Pedas, Daging Sapi Pedas yang sangat terkenal itu, Kuo Tie, Ayam Kung Pao dan lain-lain.

Seperti terdahulu, berhubung lapar, aku memesan Mie Sapi Pedas. Hmm begitu melihat porsi dan penampilan mie ini, semua mata teman-temanku langsung terbelalak. Glek..glek....lagian sih pada pesen nasi ayam penyet....

Porsi mie ini tergolong besar untuk ukuran kita, untuk ukuran mereka ini biasa. Semangkok bakmi kuah yang berisi taburan daun ketumbar cincang, daging cincang bumbu kecap, lembaran daging sukiyaki dan beberapa lembar baby bok choi (bukan cay sim) serta irisan daun bawang cung. Walaupun belum ditambahkan sambal minyak cabai penampilannya sudah amat menggoda. Dengan asap mengepul dihiasi segarnya warna hijau sayuran serta lembaran daging sapi yang masih juicy mie ini sudah membuat orang terbelalak apalagi setelah ditambahkan minyak cabai yang merah menyala...hhmm...

Rasanya sebenarnya hampir sama dengan mie-mie cina yang lain seperti Lo Mein, akan tetapi karena ada cincangan daun ketumbar/ cilantro, maka rasa daun ini memberikan aroma dan sensasi khusus yang menyegarkan kuahnya. Dan yang membuat mie ini agak berbeda adalah daging sapinya. Kaldunya begitu bersih dan segar, ini menunjukkan bahwa daging yang dipakai sebagai kaldu adalah daging yang bagus dan tidak berlemak.

Yang membuat aku begitu nafsu sebenarnya sambal cabai keringnya. Sambel ini ditenggelamkan oleh minyak yang berwarna merah menyala dan dihiasi butir-butiran wijen yang mengambang diatasnya. Menurut mbak pelayannya cabai ini dibuat dari cabai kering, kacang tanah, minyak goreng dan biji wijen. Lumayan dapet bocoran. Mereka bahkan menjual sambal ini secara terpisah dalam botol-botol dengan harga Rp. 35 rb per botol.


Harga satu porsi Mie Sapi sebesar Rp. 26 rb, Daging Sapi Pedas Rp. 39 rb serta Kuo Tie Rp. 29 rb. Tidak terlalu mahal untuk makanan yang se-spesial ini.

Mudah-mudahan masih ada undangan-undangan seminar berikutnya di sini supaya lebih kenal dengan mie yang pedas dan segar ini.









Thursday, September 15, 2011

Kacang Cino

Oh adikku, kekasihku ojo pijer nangis wae
Ayo dolan karo aku, ono ngisor uwit manggis
Sedelo meneh, Ibu rawuh ngasto oleh-oleh
Gedhang goreng, Kacang Cino, Jadah karo Kuih Moho......


Bagi teman-teman seumuranku yang masa kecilnya dihabiskan di daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta pasti mengenal lagu ini. Lagu ini diajarkan di sekolah taman kanak-kanak. Syairnya adalah tentang seorang kakak yang menghibur adiknya yang sedang menangis karena ditinggal ibunya pergi ke pasar. Si kakak menjanjikan pada adiknya bahwa Ibu akan segera datang membawa oleh-oleh makanan yang salah satunya adalah Kacang Cino.

Dari ketika mengenal lagu ini, aku tidak pernah tau apa yang dimaksud dengan Kacang Cino. Bentuknya, rasanya, hanya sebuah syair lagu belaka. Sebab di pasaran tidak pernah ada yang menjual yang namanya Kacang Cino.

Belakangan beredar di pasar makanan Kacang Thailand. Kacang tanah goreng yang dibumbui dengan cabai, garam dan gula atau madu kemudian dicampur dengan daun jeruk kering. Ketika dikunyah di mulut rasanya akan berubah seperti sambel Pecel.

Tadi malam aku bertemu teman yang baru pulang dari Cina. Dia menawariku camilan kacang yang dia bawa dari sana. Sangat menarik. Biji kacangnya besar-besar dan dicampur dengan cabai kering, merica szechuan kering, garam dan penyedap. Hampir mirip dengan Kacang Thailand tapi yang ini tampilannya lebih sangar karena didominasi dengan warna merah serpihan-serpihan cabe kering.


Ketika akan mencobanya sudah ada rasa miris melihat tampilannya. Benar juga. Rasa pedasnya cabai yang intens bercampur dengan asin dan gurihnya penyedap akan membuat kita tersedak apabila kurang berkonsentrasi ketika mengunyahnya. Belum lagi ditambah pedas dan semriwingnya butiran-butiran merica szechuan atau andaliman kering yang nampak bertebaran diantara kacang tanahnya.
Sensasi terakhir yang akan membuat kita kaget dan panic adalah rasa dari merica szechuan yang baru akan muncul belakangan. Rasanya lidah menjadi kesemutan diiringi rasa pedas serta semriwing dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan memancing air liur kita keluar lebih banyak dan membuat kita berkeringat. Sungguh sensasional! Bagi yang tidak mengenal andaliman atau merica szechuan pasti akan panic merasakan sensansi ini. Tapi karena aku sudah tau efek merica sechuan jadi hal tersebut tidak membuatku heran.


Nama kacang ini aku tidak tau karena plastik pembungkusnya bertuliskan huruf kanji. Untuk mempermudah, aku dan kawan-kawan menyebutnya Kacang Cina sesuai asal kacang tersebut.

Mengingat rasanya yang luar biasa, rasanya lagu di atas kurang relevan. Sebab apabila si adik dibawakan Kacang Cino oleh Ibunya, ketika dia makan instead of tertawa senang malahan tangisnya makin kenceng......:)

Tuesday, September 13, 2011

mBok Tulus

Kita semua pasti kenal dengan Ayam Goreng Kalasan yang lezat dengan sambelnya yang manis.
Kalasan adalah nama suatu tempat atau daerah di Jogjakarta yang letaknya di sebelah timur kota itu yang menuju ke Candi Prambanan.
Ayam Goreng Kalasan yang terkenal adalah mBok Berek dan Ny. Suharti. Keduanya merupakan icon Ayam Goreng Kalasan dan tidak salah lagi memang keduanya berasal dari Kalasan.

Aku terkenang dengan ayam goreng kalasan langganan keluarga kami dari semasa aku kecil.
Ayam itu ditawarkan dari rumah ke rumah oleh seorang ibu yang kurus kecil yang memakai kain kebaya dan menggendong bakul besar di punggungnya. Namanya mBok Tulus.
Walaupun badannya kecil namun beliau ini orang yang sangat kuat. Bagaimana tidak? Dia berjalan kaki dari desanya di Kalasan yang kurang lebih berjarak 20 km dari kota Jogja dengan menggendong tenggok atau bakul dagangannya berkeliling dari kampung ke kampung di kota Jogja untuk berjualan ayam goreng.
Pada saat itu transportasi di Jogja memang tidak seperti sekarang jadi jalan satu-satunya memang harus ditempuh dengan berjalan kaki. Belakangan setelah transportasi sudah ada, beliau naik angkutan dari Kalasan dan turun di pinggiran kota Jogja kemudian berjalan kaki  berkeliling kota menyambangi langganan-langganannya.

Menurut cerita, beliau ini dulunya bekerja di rumah makan mBok Berek di Kalasan kemudian keluar dan memutuskan untuk berjualan keliling. Makanya ayam buatan mBok Tulus ini rasanya sama dengan ayam yang dijual mBok Berek.
Beliau tidak setiap hari lewat atau datang ke rumah kami tapi waktunya tidak tentu, oleh karena itu kadang di saat kita pengen banget makan ayam gorengnya, terpaksa kita harus menunggu kedatangannya. Atau kalau memang tidak sabar maka Ibu akan menyusul jauh-jauh ke Kalasan untuk meminta beliau datang keesokan harinya. Hal itu terus berlangsung sampai aku dewasa dan berumah tangga. Ada saatnya aku pulang ke Jogja maka aku selalu ingin makan ayam goreng mBok Tulus. Suaranya yang khas itu sangat kami tunggu-tunggu... "Buuuu.....ayame buuu...." dan Ibuku akan langsung menyahut dari dalam "Yo....mBok...."

Ayamnya adalah ayam kampung yang diungkep dengan bumbu-bumbu sederhana seperti bawang putih dan ketumbar kemudian digoreng utuh, dikemas dalam besek bambu disertai dengan kremesan yang dipisah dibungkus plastik dan sambel yang dibungkus daun pisang kecil-kecil. Sambelnya manis dan sangat serasi dengan gurihnya ayam sedangkan rasa ayamnya gurih, empuk, lezat sekali. Beliau juga menjual ati ampela goreng dan uritan goreng. Uritan adalah telur muda ayam. Yang ini adalah favoritku. Luar biasa gurihnya...
Kami selalu membawanya pulang ke Jakarta karena tidak puas makan di Jogja.
Saking senangnya kami dengan ayam ini bahkan suami adikku pernah punya ide untuk membawa mBok Tulus ke Jakarta dan akan dia buatkan rumah makan ayam goreng. Tentu saja sulit bagi mBok Tulus yang orang desa dan tidak pernah pergi keluar dari Jogja untuk mengembara ke kota lain. Apalagi Jakarta!

Menurutku dari semua ayam goreng, khususnya ayam goreng kalasan, hanya mBok Tuluslah yang bisa mewakili rasa ayam kalasan. Disamping ayamnya adalah ayam kampung rasanya juga tidak complicated. Sederhana dan amat gurih. Apalagi ditaburi kremesannya yang juga amat gurih walaupun hanya dimakan dengan nasi putih.

Tahun berlalu waktupun berjalan. mBok Tulus semakin tua. Beliau semakin kurus, semakin kecil dan kesehatannya pun menurun. Beliau sudah tidak sanggup lagi berjalan untuk menjajakan ayamnya.
Akhirnya pada beberapa tahun silam, kurang lebih 5 tahun yang lalu, beliau tidak pernah datang-datang lagi ke rumah kami. Beliau wafat meninggalkan kenangan. Kami merasa sangat kehilangan. Tentu saja kehilangan makanan favorit kami dan yang paling penting kami merasa kehilangan beliau.
Beliau sosok yang sederhana, pekerja keras yang tidak pernah mengeluh. Pribadinya yang sopan, penampilannya yang bersih dan tidak banyak bicara membuat kami selalu asih kepadanya. Dia selalu hadir mengikuti pertumbuhan keluarga kami sampai akhirnya pergi untuk selama-lamanya.
Terimakasih mBok Tulus untuk pengabdianmu sampai akhir hayat pada ayam goreng yang selalu kami nikmati. Terimakasih telah membuat tahun-tahun kami berarti. Rasanya beliau adalah bagian dari perjalanan hidup keluarga kami.
Sampai saat ini kami belum menemukan ayam goreng penggantinya, juga belum menemukan orang seperti mBok Tulus yang setulus hatinya...
Semoga ibadahnya di dunia menempatkannya di tempat yang baik di sisi Allah SWT. Aamiin

Friday, August 19, 2011

Tahu Telur













Kalau kita pernah berkunjung ke Singapura dan makan di hawker center atau tempat-tempat makan di sana, makanan ini banyak dijumpai.
Penampilannya sangat menarik dengan ukuran tahu ekstra dan bentuknya tabung yang munjung dihiasi dengan ketimun serut dan wortel serut kemudian disiram dengan kuah kecap yang kental.
Di Indonesia pun sebenarnya makanan ini ada karena memang asal-usulnya dari Indonesia khususnya Jawa Timur. Akan tetapi makanan ini kurang populer di sini.

Penasaran ya bagaimana cara membentuk tahu telurnya bisa munjung dan mekar begitu... ternyata mereka menggunakan cetakan yang bentuk dan ukurannya hampir sama dengan kaleng susu kental manis dan kemudian menggorengnya dalam rendaman minyak yang banyak.

Aku coba membuatnya kali ini tapi tidak mengikuti bentuk yang sesungguhnya. Pertama, cetakannya nggak ada. Kedua aku nggak mau buang-buang minyak goreng..









Bahan :

1 buah tahu sutra yang besar, potong kotak-kotak kecil
4 btr telur, kocok rata
1/2 sdt garam

Garnish:

1 buah ketimun, buang isinya dan serut memanjang
1 buah wortel, kupas dan serut memanjang
1 sdt cuka
1 sdm gula pasir

Bumbu Saus :

1 siung bawang putih
12 buah cabe rawit merah
1/2 gelas kecap manis

Caranya :

1. Campurkan telur, garam dan tahu. Goreng dalam minyak yang banyak sampai kuning kecoklatan. Angkat dan letakkan di piring saji.
2. Ulek kasar cabe dan bawang putih kemudian tuangi kecap manis. Aduk sampai rata.
3. Campur timun dan wortel dengan gula pasir dan cuka. Aduk-aduk dan sisihkan
4. Taburkan timun dan wortel serut di atas tahu telur kemudian siram dengan saus kecap.
Hidangkan dengan nasi panas...

Wednesday, August 17, 2011

Udang Kali

Pernah tau kan kalo di sungai yang dangkal dan bening sering muncul udang yang kecil-kecil sedang bermain-main di sela-sela bebatuan?
Orang-orang desa suka menangkap mereka dengan jaring dan digunakan sebagai lauk makan setelah digoreng atau dibuat peyek udang. Kadang mereka menjualnya di pasar kalo hasil tangkapan mereka banyak. Baik sudah matang maupun mentah.
Di Jogja atau di kota-kota kecil di Jawa Tengah udang kali atau udang sungai ini sering dijumpai di pasar-pasar. Rasanya gurih sekali.
Sewaktu masih tinggal dengan orang tua di Jogja, Ibu sering membelikan aku udang ini. Beliau tau udang ini adalah kelangenanku. Bahkan ketika aku sudah kuliah di Bogor, Ibu selalu menyiapkannya untukku kala aku pulang liburan.

Ternyata di sini di tempat tinggalku sekarang di daerah Bekasi ada juga dijual di pasar dalam kondisi mentah. Udang ini dibungkus dalam penak-penak kecil daun pisang. Biasanya penjualnya adalah orang-orang asli daerah Bekasi juga. Mereka menangkapnya di sawah-sawah dekat rumah mereka.

Pagi tadi aku membeli udang ini dan menggorengnya sampai renyah dan menyimpannya dalam toples kedap udara. Bisa dimakan sampai beberapa hari. Baik sebagai lauk maupun sebagai camilan.

Caranya membuatnya sangat sederhana. Cukup dengan mencuci udangnya sampai bersih, tambahkan garam dan aduk-aduk, taburi dengan tepung terigu sampai terbedaki dengan rata kemudian goreng dengan minyak banyak sampai renyah.

Udang itu akan terasa renyah dan gurih. Apalagi bagian kepalanya yang besar, itu adalah bagian yang paling gurih rih rih rih........


1. Cuci udang sampai bersih dan tambahkan
garam. Aduk sampai rata.









2. Taburi tepung terigu dan bedaki sampai rata.









3. Goreng udang sampai renyah.











4. Angkat dari penggorengan, dinginkan dan
masukkan dalam toples kedap udara.

Monday, August 8, 2011

Dodol Rumput Laut

Dapet oleh-oleh dari adik yang baru saja pulang dari Lombok Nusa Tenggara Barat. Oleh-olehnya Dodol rumput laut. Baru sekali ini ngrasain dan liat yang namanya dodol dari rumput yang ditanam di laut.


Rasanya kenyal-kenyal agak keras seperti ager-ager tapi yang versi kerasnya. Rasanya persis seperti ager-ager juga, manisnya sedang, kurang intens. Terdiri dari bermacam rasa dalam satu kemasan yang berisi 20 batang. Ada rasa lemon, orange, strawberry, coklat dan melon. Setiap rasa sesuai dengan warnanya. Untuk mengunyahnya cukup membutuhkan waktu.


Dodol ini berbentuk batang kecil ukuran 5 cm dengan tebal 1 cm2. Berwarna-warni seperti permen fox yang bening. Kemasannya pun plastik bening. Sekilas memang sangat menarik.

Berhubung cuma oleh-oleh jadi harganya nggak tau. Tapi di kotak pembungkusnya ditulis kualitas export lho....

Saturday, August 6, 2011

Rengginan Udang


Setiap lebaran di rumah mBahku di Delanggu camilan ini selalu ada. Berbeda dengan rengginan lain, rengginan ini sangat khas rasanya. Rasanya sangat gurih. Dibumbui dengan terasi udang sehingga rasanya gurih beraroma udang. Selain rengginan, mBah Putri juga membuat kacang mede goreng dari kebun sendiri, uli atau jadah, wajik, emping goreng, tape ketan dan kacang bawang. Tapi dari semua makanan itu yang paling khas menurutku adalah rengginan.
Untuk mempertahankan resep nenekku ini, aku belajar membuatnya dari Ibuku.

Bahan :

1 kg beras ketan. Cuci bersih dan rendam selama 1 jam. Tiriskan.

Bumbu :

2 siung bawang putih, haluskan
2 sdm terasi udang yang bagus
1 sdm gula pasir
1 sdm garam
Penyedap secukupnya
Campur semua bumbu, larutkan dalam 1 gelas air

Caranya :

1. Panaskan kukusan sampai mendidih. Kukus ketan sampai setengah matang. Angkat.
2. Campurkan ketan setengah matang dengan bumbu kemudian aduk sampai rata dan terserap airnya.
3. Panaskan kukusan lagi, kukus ketan berbumbu sampai matang.
4. Angkat ketan dari kukusan. Dalam keadaan panas, bentuk ketan bulat-bulat gepeng dan susun di tampah. Jemur hingga setengah kering kemudian di balik dan jemur lagi sampai kering.
5. Goreng dengan cara disiram-siram dengan minyak panas dalam wajan. Sampai mekar dan garing.

Mudah kan? Buatlah rengginan pada musim kemarau agar tidak berjamur.

Sate Jamur


Beberapa waktu silam aku pulang ke Jogja dan ditraktir makan oleh kakak di sebuah restoran yang menyediakan makanan serba jamur. Makanannya semua enak. Dari tongseng jamur, sop jamur, omelet jamur bahkan sate jamur. Sate jamurnya enak banget, persis banget rasanya dengan sate ayam. Rupanya sate ini dibuat dari jamur tiram...hmm enaknya...
Coba yuk kita bikin sendiri sate ini, sehat dan kaya akan serat.

Bahan :

1/2 kg jamur tiram

Bumbu jamur :

3 siung bawang putih
5 siung bawang merah
1/2 sdt ketumbar
2 Sdm gula merah sisir
Garam secukupnya
Semua bumbu di atas dihaluskan masukkan dalam panci dan tambahkan air

Bumbu sate :

1 ons kacang tanah goreng
2 siung bawang putih rebus
3 sdm kecap manis
Garam secukupnya
100 ml air

Caranya :

1. Rebus/bacem jamur dengan bumbunya sampai matang. Rendam dalam bumbu bacemnya setengah hari. Setelah meresap bumbunya, angkat jamur dan peras sampe apuh. Lilitkan di tusukan sate sampe berbentuk sate. Kerjakan sampai semua habis dan sisihkan.
2. Giling kacang dan bawang putih hingga halus. Tambahkan air dan rebus hingga berminyak kemudian tambahkan kecap manis.
3. Olesi sate jamur dengan bumbu sate tipis-tipis kemudian panggang di atas teflon/ bara hingga harum dan matang.
4. Susun sate di piring kemudian siram dengan bumbu sate. Beri kecap manis dan taburi bawang goreng.
Boleh disajikan dengan lontong atau nasi. Happy cooking.....

Saturday, July 30, 2011

Padusan

Siang di musim kemarau yang panas ini, aku teringat masa kecilku di Jogja bersama saudara-saudaraku. Hari ini adalah hari terakhir menjelang datangnya bulan puasa. Biasanya, dulu, kami anak-anak kecil di kampungku di Jogja nun jauh 12 jam perjalanan by car, melakukan ritual yang dinamakan Padusan.

Acara padusan ini kita tunggu-tunggu karena bisa menjadi alasan bagi kami untuk mandi-mandi bermain air bersama dengan anak-anak lain. Kami berangkat beramai-ramai ke kolam renang yang cukup legendaris di kota Jogja yaitu Umbang Tirto. Bisa beramai-ramai naik sepeda atau naik becak. Di sana kami berjam-jam berendam dan bermain-main air sambil bercanda tertawa-tawa. Suasana kolam pun penuh dengan anak-anak seusia kami. Mereka juga mempunyai alasan yang sama untuk bermain-main air, Padusan.

Sebenarnya makna ritual Padusan sendiri bagi orang jawa adalah lebih merupakan pembersihan diri dalam rangka memasuki bulan suci ramadhan. Yang kami lakukan adalah mandi dan keramas menyucikan diri dari khadas dan najis dan tentu saja bisa dilakukan di rumah, bukan di kolam renang yang notabene airnya tidak suci.

Namun itulah yang selalu kami lakukan dari tahun ke tahun dalam menyambut datangnya ramadhan. Kami anak-anak bersuka cita menyambut acara padusan ini. Hal tersebut juga dilakukan oleh anak-anak lain yang tidak mampu pergi ke kolam renang, alternatifnya mereka beramai-ramai pergi ke kali terdekat dan seperti kami mereka pun bermandi-mandi dan bermain air ber jam-jam. Bahkan ada juga beberapa orang dewasa yang ikut meramaikan acara ini di sungai.

Sehari sebelumnya kita sudah mencuci bersih peralatan sholat kami yang nanti akan kami pakai untuk sholat taraweh di mesjid. Semua rukuh (mukena) dan sajadah kita rebus dalam panci besar dengan air mendidih yang telah kami campur dengan sabun dan kadang blau. Mukena kami yang panjang dn sudah agak kuning warnanya supaya menjadi lebih putih dan bersih dengan merontokkan kotoran-kotoran yang menempel dengan merebusnya. Rukuh-rukuh ini kemudian kami kelantang di bawah sinar matahari kemudian kami setrika dan siap dipakai sholat taraweh. Baunya harum sehingga kami ingin terus memeluk dan menciumnya. Anak-anak sekarang jauh lebih beruntung dibanding kami waktu kecil. Mereka akan selalu dapat mukena baru di hampir tiap lebaran tiba. Sedangkan kami baru akan dapat mukena mori yang baru andai yang lama sudah tidak muat atau sudah robek.

Ritual lain yang dilakukan orang jawa dalam menyambut datangnya ramadhan adalah tradisi ruwahan. Seminggu sebelumnya para tetangga akan saling hantar menghantar makanan yang isinya sama : Kolak, Ketan dan Apem. Kolaknya berisi pisang raja dan ubi dengan kuah yang agak mengering. Ketannya dikukus dan dibumbui sedikit garam dan gula sedangkan apemnya dibuat dari tepung beras yang dicampur tape singkong dan santan. Ada makna yang terkandung dalam setiap dari makanan tersebut, tapi aku sendiri tidak faham. Tradisi ruwahan ini semakin lama semakin pudar dan bahkan sekarang-sekarang ini sudah tidak ada yang melakukannya lagi di kampung kami.

Itulah kenang-kenangan masa kecil kami dalam menyambut bulan suci. Seingatku bulan puasa selalu datang di bulan kemarau sehingga acara padusan itu begitu menyegarkan di hari yang panas... :)

Marhaban ya ramadhan....

Monday, June 27, 2011

Rumah Makan Bahari

Duapuluh tahun silam aku begitu tergila-gila dengan chinese food. Sampai-sampai begitu melihat etalase rumah makan chinese food yang berisi sawi, wortel, kembang kol aku langsung napsu. Pada saat itu aku tidak pernah memikirkan faktor halal dan haram, saking senengnya. Karena kecerobohanku dan kengawuranku itu, beberapa kali aku makan makanan yang tidak halal tanpa kusadari. Hal itu baru kusadari beberapa tahun kemudian. Astaghfirullaah....

Saat ini aku sudah tidak begitu maniac dengan chinese food. Memang segala sesuatu itu ada masanya. Dulu juga aku pernah cinta mati dengan empek-empek, tapi dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia serta bertambahnya kemampuan memasak, kegilaan itu luntur dengan sendirinya.

Kali ini aku ingin berbagi pengalamanku makan di salah satu rumah makan cina yang sudah kuno di daerah Tanjung Priok Jakarta Utara. Namanya rumah makan Bahari. Menurut informasi dari seorang teman, rumah makan ini sudah menjadi langganan dia dan keluarganya dari jaman baheula (SD) sampai dengan saat ini dia berusia 42 tahun.
Lokasinya pas di pinggir jalan raya Cilincing. Tidak ada tanda-tanda khusus mengenai rumah makan ini. Sekilas seperti rumah tinggal yang tertutup pintunya hanya di atas pintu tertera nama Bahari. Bagi yang belum pernah makan di sana, mungkin akan ragu untuk masuk karena pintunya selalu tertutup rapat.

Begitu kita memasuki rumah makan itu, kita akan langsung masuk ke bagian dapur masak rumah makan tersebut yang disampingnya ada meja kasir. Lucunya, kita harus masuk satu pintu lagi ke ruangan lain yaitu ruang makannya.Letaknya di belakang dapur masak. Pertama kali aku memasuki dapur masaknya, terkesan ruangannya pasti sempit. Namun ternyata di ruang makan itu cukup lega dan bersih walaupun bentuk ruangannya sangat kuno. Sepertinya rumah makan tersebut belum pernah mengalami renovasi sama sekali.
Terdapat beberapa meja makan yang cukup tua di ruang makannya.


Menu masakan yang tersedia di selembar kertas putih yang dilaminating sangat standar rumah makan china. Ada mie goreng, mie ayam, nasi goreng, puyunghai, capcay dan lain-lain. Sangat standar.
Aku memesan bihun goreng dan temanku memesan bakmie goreng.


Tak beberapa lama pesananku datang disusul bakmie goreng pesanan temanku. Porsi kedua makanan tersebut cukup besar. Penampilannya cukup bersih dan menarik terkesan mereka mengolahnya dengan cukup serius. Accesorisnya cukup banyak terutama untuk mie gorengnya, karena aku memesan bihun goreng tanpa ayam dan ati ampela.

Dari segi rasa tidak mengecewakan. Rupanya ini yang membuat rumah makan ini tetap bertahan keberadaannya karena mempunyai banyak pelanggan setia.
Bihun gorengnya enak dan gurih dihiasi dengan bakso ikan yang segar, bakso sapi berkualitas bagus dan udang yang juga masih segar. Telurnya pun cukup generous. Tekstur bihunnya juga berbeda dengan bihun rata-rata, di sini bihunnya sedikit besar-besar namun tidak lembek.

Seperti pada rumah makan china lainnya, selalu disediakan acar mentimun, sambel dan acar cabe dalam botol.
Melirik meja sebelah, mereka memesan bakmie ayam. Porsi bakmie ayamnya tidak seperti umumnya, porsinya besar.
Untuk minumannya kami tidak memesan karena belakangan ini aku selalu membawa air mineral dari rumah. Bukan hanya untuk menjaga kesehatan, air minum ini juga turut membantu mengirit biaya air minum yang biasanya dipatok minimum 10 ribu rupiah di setiap tempat makan, selain itu membantu mengurangi sampah plastik air mineral.

Kami berdua sempat ngos-ngosan juga untuk menghabiskan makanan masing-masing. Akhirnya pun tidak habis.
Untuk satu porsi bihun goreng dihargai Rp. 30 ribu demikian halnya bakmie goreng. Memang cukup mahal untuk sebuah rumah makan china, tapi itulah harga dari sebuah barang antik. Namun rasanya juga tidak mengecewakan.

Mau coba? Tempatnya ada di jalan raya cilincing no. 28, disamping bengkel motor dan persis di depan pelabuhan Tanjung Priok.

Thursday, May 26, 2011

Minyak Bekatul


Belakangan ini cara hidup sehat makin disadari oleh masyarakat dengan adanya berbagai penyakit berat karena kurang memperhatikan pola makan dan pola hidup.

Selama ini kita mengenal akrab minyak zaitun yang memiliki khasiat memelihara kesehatan terutama jantung dan darah. Memang harga minyak zaitun relatif mahal apalagi kalau kita gunakan untuk tujuan mengolah makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Mengingat pola makan orang Indonesia tidak bisa terlepas dari makanan goreng-gorengan dan tumis-tumisan, untuk menggunakan minyak ini tentu saja akan menyita budget belanja.

Ternyata kita tidak perlu bersedih hati karena ingin menjalankan pola hidup sehat. Baru-baru ini aku menemukan minyak yang tidak kalah khasiatnya dengan minyak zaitun di sebuah supermarket yaitu minyak bekatul atau Rice Brand Oil. Harga minyak ini relatif lebih murah dibanding minyak zaitun walaupun lebih mahal dibanding minyak goreng kelapa sawit. Per liter harganya Rp. 32 rb, setara dengan harga minyak jagung, kedelai dan canola.

Minyak ini dibuat dari kulit ari beras atau bekatul yang diekstraksi dan dimurnikan dengan metode penyaringan extra cold. Minyak ini mempunyai cita rasa yang enak sama dengan minyak kelapa sawit yang kita gunakan selama ini. Titik asap minyak ini paling tinggi dibanding minyak makan lainnya yaitu 254 derajat celcius, artinya minyak ini tidak akan rusak dan berbahaya apabila digunakan untuk menggoreng pada suhu dibawah 254 derajat C.Karena titik asapnya tinggi maka minyak ini bisa digunakan untuk menggoreng, menumis dan juga sebagai minyak salad.

Karena minyak bekatul mengandung Gamma Oryzanol maka minyak ini sangat baik bagi kesehatan darah dan jantung karena membantu menurunkan LDL-C atau kolestrol jahat dalam darah. Gamma Oryzanol juga merupakan anti oksidant alami yang dapat mengusir radikal bebas sehingga juga baik untuk mencegah penyakit kanker. Kandungan asam lemaknya bahkan lebih tinggi dari asam lemak yang terkandung dalam minyak zaitun.

Nah, tunggu apa lagi? Ayo kita mulai ganti minyak kita dengan minyak bekatul yang tentu saja bahan bakunya banyak tersedia di negeri kita. Sementara waktu memang minyak ini masih diproduksi oleh Thailand namun sangat mungkin apabila kita sudah banyak masyarakat yang menggunakannya, produsen Indonesia akan mempertimbangkan untuk membuatnya. Tentu saja harganya pun akan lebih terjangkau. Semoga.

Untuk saat ini sehat memang mahal....

Friday, May 20, 2011

Bakmi Kangkung Betawi Kemang Pratama

Aku penggemar Bakmi Kangkung. Semua makanan yang mengandung tauco aku suka . Sebelumnya aku selalu makan bakmi ini di rumah makan Bakmi Golek di Jakarta Timur dan sekitarnya. Rasanya cocok dan pas.

Baru-baru ini aku menemukan lagi tempat makan Bakmi Kangkung yang enak banget. Letaknya di ruko perumahan Kemang Pratama Bekasi tak jauh dari rumahku. Tepatnya ada di belakang RM. Nasi Uduk Jakarta. Aku langsung klop dengan yang satu ini karena lebih enak dari bikinan bakmi Golek maupun Mie Kangkung Jangkung yang lumayan mahal.


Bakmi Kangkung adalah sajian sepinggan yang isinya terdiri dari mie kuning, kangkung, tauge, ayam cincang yang dibumbuin kecap, telur puyuh dan disiram dengan kuah coklat kental yang beraroma tauco manis. Di atasnya ditabur daun bawang dan bawang goreng kemudian dikucurin dengan jeruk limau yang harum....hhmmm....

Bakmi yang ini oke banget. Bahan-bahan yang digunakan adalah kualitas terbaik, dari mie, sayur-sayuran, ayam bahkan ditambahkan jamur merang. Kuahnya sangat kental dan medok bumbu namun aroma tauconya sangat lembut.
Penyajiannya pun sangat indah dengan ukuran porsi yang lumayan melimpah. Peralatan makan yang digunakan juga bagus dan higienis. Restauran sendiri bersih dan nyaman dengan ventilasi udara yang lega. Harga satu porsi besarnya adalah Rp. 18.500 sedangkan porsi kecil Rp. 12.500. Tentu saja sesuai dengan rasa dan tempatnya.


Disamping Bakmi Kangkung, di sini tersedia juga masakan lainnya seperti Soto Betawi, Mie ceker, mie ayam dan lain-lain. Juga tersedia aneka kerupuk sebagai teman makan mie dan nasi.

Tempat ini memang tidak terlalu ramai pengunjung namun selalu ada saja rombongan ibu-ibu datang ke sini setelah menjemput anak-anak pulang sekolah.

Kesimpulannya Mie yang satu ini adalah enak, bersih dan elegan di antara yang lain.

Bagi yang mau mencoba silahkan cari di ruko perumahan Kemang Pratama Bekasi, adanya di belakang RM. Nasi Uduk Jakarta dan di seberang Klenger Burger.

Selamat mencoba!

Saturday, May 7, 2011

Ikan Nila Pak Ugi

Suatu hari di jumat siang yang panas, aku dan suami lagi puter-puter di Kelapa Gading Boulevard ada urusan pekerjaan. Karena sudah waktunya makan siang, kita cari makan di sepanjang Boulevard yang panjang itu.
Aneka makanan ada di sepanjang jalan itu. Bingung terlalu banyak pilihan akhirnya mata tertuju ke sebuah papan nama besar di atas rumah makan yang ramai dikunjungi karyawan yang makan siang. Ikan Nila Pak Ugi.


Sebuah rumah makan yang menyediakan menu ikan nila dalam berbagai olahan seperti bakar, saus padang, goreng kering, lada hitam dan lain-lain. Selain ikan nila tersedia juga ayam goreng dan menu standar lainnya seperti tahu tempe goreng, tumis kangkung, tumis toge dan sebagainya.
Rumah makan ini membuatku terkesan. Tempatnya terbuka dengan ventilasi udara yang lebar-lebar, sederhana dengan meja-meja panjang seperti di warung. Hal ini membuat semua orang merasa nyaman untuk masuk ke dalamnya karena tidak ada kesan mahal.


Pelayanannya maksimal. Cepat, bersih dan komunikatif. Soal rasa sangat istimewa. Ikan nilanya mempunyai ukuran yang sama sekitar 250 gr per ekor. Bumbunya juga mantap diguyur dalam jumlah yang melimpah. Dan yang lebih menarik lagi ikan gorengnya bisa dimakan dengan duri-durinya serta siripnya!
Semua pesanan selalu dilengkapi dengan lalapan yang hijau segar diberikan secara generous dan setiap orang mendapatkan satu piring kecil sambal yang sangat istimewa secara cuma-cuma bahkan boleh nambah. Secara penampilan sangat bersih dan apik.
Dari sisi harga rumah makan ini sangat terjangkau per ekor ikan dihargai Rp. 25.000. Sudah termasuk sambal dan lalapan.

Kalau ingin mampir silahkan cari di alamat Jl. Boulevard Raya FX1/1 Kelapa Gading Jakarta.
Ditanggung mendapatkan pelayanan jempol dari rasa dan harga.

Thursday, May 5, 2011

Jus Manggis


Kemaren pergi dengan suami nyari madu andalanku ke Total buah di Wolter ternyata stocknya kosong. Sama pelayannya direferensiin ke Total buah yang di Thamrin, yaitu yang ada di lantai bawah bakmi GM samping Sarinah.

Seperti biasa kalo belanja di Total kita window shopping juga dan aku menemukan kaleng jus yang menurutku amat langka, yaitu jus Manggis.

Jus ini rasanya asam, manis dan sepet, sepet rasa kulit manggis yang sering tidak sengaja ikut tergigit kalo kita makan manggis. Manisnya manis jambu karena jus ini tidak mengandung gula.
Ternyata setelah dibaca containsnya, di situ mengandung bermacam-macam buah seperti anggur dll. Tapi secara keseluruhan, jus ini dominan rasa manggis walaupun tidak seindah rasa manggis yang sebenarnya. Jus ini diproduksi oleh Thailand.
Penasaran kan ?


Saturday, February 12, 2011

Lumpang Kayu, Best Buy

Tak disangka-sangka, secara kebetulan ketemu alat yang selama ini aku cari yaitu Mortar and Pestle. Kalau dalam bahasa nenek moyang Lumpang dan Alu.

Ceritanya kemaren sore nganter ponakan-ponakan jalan-jalan ke Giant trus naik tontonan 4 dimensi, pas di dalem ruangan 4D itu boro-boro mau ngliat ke layar, sepanjang acara 12 menit merem nggak berani buka mata. Maklum lah udah mulai berkurang keberanian dan stamina. Daripada muntah-muntah mendingan duit 30 ribu hangus...he he
Padahal ponakan-ponakan yang kecil-kecil itu riang gembira teriak-teriak kegirangan.
Payah...

Trus si mortar and pestle itu kutemukan pas lagi liat-liat kerajinan jogja yang lagi pameran di samping ruang 4D. Anehnya dari semua stall yang ada di situ menjual pernak-pernik hiasan rambut, gelang manik-manik, tas kulit, ter'sempilah si lumpang dari kayu berdiri sendirian di deretan paling depan dagangan.


Tadinya aku cuma iseng nanya sama mas penjualnya. Soalnya pernah tempo hari waktu pulang ke jogja kakak iparku pesan lumpang dan alu dari batu tapi nggak ketemu yang pas, barangkali yang ini dia mau.
Tak disangka si mas ini dengan sangat antusias menjelaskan kepadaku panjang lebar kegunaan dan keistimewaan alat lumpang kayu ini. Aku terenyuh dengan kegigihannya menawarkan benda ini padaku. Dan yang membuat aku lebih terenyuh lagi dia cuma mematok harga 35 ribu rupiah untuk barang se'precious ini. Dan akhirnya karena aku masih ragu, dia menurunkan lagi harganya menjadi 25 ribu. No choice, I have to buy this for few good reason. Yang pertama untuk kegigihan dan perjuangan si mas, kedua untuk kemurahan harganya dan ketiga untuk manfaat alat ini....

Lumpang ini bisa dipakai menumbuk rujak bebeg, menumbuk singkong menjadi gethuk, membuat sambel pecel dalam skala besar. Bisa dipakai menumbuk cabe untuk dendeng belado yang kasar. Atau menumbuk bumbu-bumbu masakan dalam skala besar. Pokoknya bisa dipakai menumbuk tanpa muncrat-muncrat karena dindingnya tinggi.

Semula aku berniat membeli benda ini untuk kakak iparku, tapi pas sampe rumah aku pandang-pandang benda ini.....nanti dulu deh... :)

Tuesday, January 4, 2011

Tahun baru di Pemalang

Pemalang sebuah kota kecil yang cukup sepi dari aktifitas. Suasana dan kehidupan masyarakatnya masih tradisional. Kota ini mengingatkanku pada suasana kota Jogja di awal-awal tahun 80 an. Terlihat orang-orang naik sepeda, becak dan andong seperti pada masa-masa SMP ku di Jogja. Rasanya seperti memutar balik waktu.
Cuaca Pemalang panas terik karena kota ini terletak di pinggir laut pantura sejajar dengan kota Tegal dan Pekalongan. Sehari-hari iklim di sana gerah dan cukup membuat badan lengket karena keringat.
Hampir setiap tahun belakangan ini aku selalu singgah di kota ini, karena adikku yang bungsu bekerja dan menetap di kota ini.
Tahun baru ini kami berkunjung lagi ke Pemalang untuk berlibur dan merayakan kepindahan rumah adikku di rumah baru. Ceritanya selametan rumah.
Kami bersaudara beserta anak dan suami bersama-sama datang menginap sampai 4 hari dan merayakan tahun baru di rumah baru adik.
Malam tahun baru di sana tidak ada yang istimewa, semuanya berjalan seperti hari-hari lainnya. Sering timbul rasa kasian pada adikku dan keluarganya yang tinggal di tempat yang sepi dan jauh dari keluarga. Karena adikku pun sama seperti kami biasa tinggal di kota yang ramai dan banyak fasilitas. Terfikir oleh kami bagaimana nanti perkembangan anaknya di tempat yang sepi ini.
Selama empat hari di sana aku berkeliling melihat-lihat suasana kota. Sebab di kunjungan-kunjungan sebelumnya aku tidak pernah sempat karena waktu yang mendesak.
Kami juga mengunjungi tempat wisata Guci untuk mandi air panas. Di sana aku makan sate kelinci di sebuah rumah makan tapi tidak enak, bahkan awalnya daging kelincinya masih setengah matang. Kemudian aku komplain dan dibakar lagi sampai matang, sayangnya itupun tidak mendongkrak rasanya.
Yang membuat aku bingung di kota ini aku agak kesulitan untuk mendapatkan makanan yang pas di lidahku. Makanan khasnya adalah soto grombyang adalah sebuah soto yang berisi daging dengan kuah coklat rasanya manis dimakan bersama sate daging namun masakan inipun terasa terlalu manis buat kami.
Pernah pada suatu kunjungan kami ke Pemalang, kami pergi ke sebuah kedai tempat orang duduk dan mengobrol bersama keluarga menikmati kopi dan kudapan semacam kopi tiam. Tempat itu bernama RM. Kurnia. Sangat ramai dikunjungi orang dan sepertinya kedai itu sudah cukup tua dan terkenal di Pemalang. Aku terkesan dengan tempat itu tapi lagi-lagi makanannya tidak ada yang istimewa. Kedai itu menyediakan camilan kering seperti krupuk, kopi, teh poci, nasi goreng dan mie goreng.
Pada kunjungan kali ini pun aku masih berusaha mencari makanan yang cocok di lidah tapi belum ketemu bahkan ketika hendak kembali ke jakarta kami kebingungan mau membawa oleh-oleh apa untuk teman-teman karena tidak ada makanan khas yang cocok yang bisa kami bawa.
Mungkin suatu saat nanti akan kutemukan makanan yang cocok denganku di sana. kami harus lebih sering lagi berkunjung dan mengexplore makanan Pemalang.