Sunday, January 22, 2012

Cap Jae

Makanan yang satu ini, selalu di hatiku karena penuh dengan kenangan. Teringat makanan ini, teringat akan masa kecil, masa-masa bahagia waktu sekolah di Jogja. Makanan ini begitu khas kota Jogja namun tidak pernah ada yang membanggakannya ke dunia luar. Mungkin orang lupa bahwa makanan ini begitu merakyat di Jogja. Orang hanya terpaku dengan gudeg, geplak, bakpia, yangko.



Namanya Cap Jae. Mungkin yang dimaksud sebenarnya adalah Cap Cay masakan cina tapi lidah orang Jogja menyebutnya Cap Jae. Sama seperti masakan korea yang disebut Ko Chap Jae. Sama-sama Cap Cay tapi lain tempat lain pengucapannya. Gagrak makanannya sebenarnya hampir sama, tumis sayur-sayuran. Hanya kalau di korea ditambahkan soun di dalamnya.

Cap Jae berbahan dasar sayuran seperti Cap cay. Akan tetapi yang lebih dominan dalam masakan itu adalah terigu goreng yang mirip bakwan yang dipotong-potong  kemudian dimasukkan ke dalamnya. Kemungkinan terigu goreng ini dimaksudkan sebagai khekian dalam masakan cina yang memang sering terdapat dalam Cap Cay. Anehnya justru si "khekian jawa" inilah yang mendominasi masakan ini sehingga lebih bersifat seperti karbohidrat yang dilengkapi sayur-sayuran seperti halnya mie goreng atau bihun goreng.

Cap Jae dijual di pasar-pasar atau di kampung-kampung sebagai sarapan seperti mie goreng dan bihun goreng. Dibungkus dengan daun pisang dan ditambahkan sambel di dalamnya. Di kantin-kantin sekolah biasanya juga dijual. Oleh anak-anak sekolah dimakan sebagai brunch atau pengganjal perut sebelum makan siang tiba.
Cap Jae begitu digemari oleh masyarakat Jogja dan sangat populer dari jaman aku kecil. Rasanya gurih dan mengenyangkan dilengkapi dengan sayur-sayuran. Kadang kalau kita beli di pasar, perbandingan antara terigu goreng dan sayurnya tidak imbang, sayurnya sedikit sekali. Kadang penyajiannya dicampur dengan bihun goreng atau mie goreng sesuai selera pembelinya.
Harganya pun sangat terjangkau karena memang makanan khalayak ramai. Bagi anda yang pernah berkunjung ke pasar Beringharjo di Jogja, makanan ini dijual di depan pasar bersama dengan pedagang pecel, cendol dan sebagainya.

Setelah tinggal di bekasi, beberapa kali aku membuat masakan ini dan kuperkenalkan kepada teman atau tetangga, rata-rata mereka suka dan baru mengenalnya. Bagiku pribadi dan adik-adikku, kami sangat mencintai masakan ini. Sederhana dan sarat akan makna, makna bahwa ini adalah masakan khas kota Jogja yang selalu ngangeni.

Bahan :

250 gr terigu kunci biru
1 btr telur
Garam
Penyedap
Air secukupnya
Bahan di atas buat adonan seperti adonan bakwan yang sedikit encer

Sayuran :
3 bh wortel, kupas dan potong bulat-bulat
1/4 lingkaran kol ukuran kecil, sobek-sobek daunnya
1 bh kembang kol, pecah-pecah kuntumnya
1 ikat sawi hijau/ cay sim, potong-potong 4 cm
2 btg daun bawang, potong-potong 2 cm
2 btg seledri, potong-potong 2 cm

Bumbu :
3 siung bawang putih
15 btr merica
1 masako sapi
Garam
Gula

Caranya :

1. Goreng adonan khekian di minyak yang banyak masing-masing satu sendok sayur sekali tuang.
2. Potong-potong khekian dengan gunting seukuran kurang lebih 2 jari, bentuk terserah.
3. Haluskan bumbu bawang dan merica, kemudian tumis sampai harum.
4. Masukkan wortel dan kembang kol, tambahkan air 100 ml, masukkan masako, garam dan gula.
5. Masukkan sayuran lainnya dan khekian goreng, aduk-aduk sampai sayuran layu.
Hidangkan dengan sambal rebus

Sambal rebus :

15 cabe keriting
7   cabe rawit merah
5  bawang merah
1 tomat
garam
gula
Rebus cabe, bawang dan tomat sampai matang. Uleg bersama garam dan gula.

No comments:

Post a Comment