Tuesday, January 4, 2011

Tahun baru di Pemalang

Pemalang sebuah kota kecil yang cukup sepi dari aktifitas. Suasana dan kehidupan masyarakatnya masih tradisional. Kota ini mengingatkanku pada suasana kota Jogja di awal-awal tahun 80 an. Terlihat orang-orang naik sepeda, becak dan andong seperti pada masa-masa SMP ku di Jogja. Rasanya seperti memutar balik waktu.
Cuaca Pemalang panas terik karena kota ini terletak di pinggir laut pantura sejajar dengan kota Tegal dan Pekalongan. Sehari-hari iklim di sana gerah dan cukup membuat badan lengket karena keringat.
Hampir setiap tahun belakangan ini aku selalu singgah di kota ini, karena adikku yang bungsu bekerja dan menetap di kota ini.
Tahun baru ini kami berkunjung lagi ke Pemalang untuk berlibur dan merayakan kepindahan rumah adikku di rumah baru. Ceritanya selametan rumah.
Kami bersaudara beserta anak dan suami bersama-sama datang menginap sampai 4 hari dan merayakan tahun baru di rumah baru adik.
Malam tahun baru di sana tidak ada yang istimewa, semuanya berjalan seperti hari-hari lainnya. Sering timbul rasa kasian pada adikku dan keluarganya yang tinggal di tempat yang sepi dan jauh dari keluarga. Karena adikku pun sama seperti kami biasa tinggal di kota yang ramai dan banyak fasilitas. Terfikir oleh kami bagaimana nanti perkembangan anaknya di tempat yang sepi ini.
Selama empat hari di sana aku berkeliling melihat-lihat suasana kota. Sebab di kunjungan-kunjungan sebelumnya aku tidak pernah sempat karena waktu yang mendesak.
Kami juga mengunjungi tempat wisata Guci untuk mandi air panas. Di sana aku makan sate kelinci di sebuah rumah makan tapi tidak enak, bahkan awalnya daging kelincinya masih setengah matang. Kemudian aku komplain dan dibakar lagi sampai matang, sayangnya itupun tidak mendongkrak rasanya.
Yang membuat aku bingung di kota ini aku agak kesulitan untuk mendapatkan makanan yang pas di lidahku. Makanan khasnya adalah soto grombyang adalah sebuah soto yang berisi daging dengan kuah coklat rasanya manis dimakan bersama sate daging namun masakan inipun terasa terlalu manis buat kami.
Pernah pada suatu kunjungan kami ke Pemalang, kami pergi ke sebuah kedai tempat orang duduk dan mengobrol bersama keluarga menikmati kopi dan kudapan semacam kopi tiam. Tempat itu bernama RM. Kurnia. Sangat ramai dikunjungi orang dan sepertinya kedai itu sudah cukup tua dan terkenal di Pemalang. Aku terkesan dengan tempat itu tapi lagi-lagi makanannya tidak ada yang istimewa. Kedai itu menyediakan camilan kering seperti krupuk, kopi, teh poci, nasi goreng dan mie goreng.
Pada kunjungan kali ini pun aku masih berusaha mencari makanan yang cocok di lidah tapi belum ketemu bahkan ketika hendak kembali ke jakarta kami kebingungan mau membawa oleh-oleh apa untuk teman-teman karena tidak ada makanan khas yang cocok yang bisa kami bawa.
Mungkin suatu saat nanti akan kutemukan makanan yang cocok denganku di sana. kami harus lebih sering lagi berkunjung dan mengexplore makanan Pemalang.